Rabu, 08 April 2020

Resume Buku: Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan (2)


  I.Konsepsi Definisi Kurikulum
A.  Pengertian dan Konsep Kurikulum
1.    Konsep Kurikulum
   Definisi kurikulum tradisional, berdasarkan filsafat perenialisme, mengartikan kurikulum sebagai an organized body of knowledge yang tersusun dalam berbagai mata pelajaran. Definisi berkembang dari rencana untuk mengajarkan mata pelajaran menjadi pengalaman belajar terencana.

      Pada abad ke-20. Konsep kurikulum tradisional mendapat tantangan. Khazanah ilmu pengetahuan berkembang pesat yang memunculkan ledakan pengetahuan , sehingga tidak mungkin semua pengetahuan diajarkan guru kepada siswa. Sangat sukar menyeleksi pengetahuan “esensial” untuk masuk buku teks atau buku paket.Kenyataan ini mengharuskan pendidik mengubah orientasi pembelajaran dari mengajarkan menjadi membelajarkan siswa dengan menyesuaikan materi dan tingkat kematangan siswa.
Kurikulum dimaknai berbeda oleh penulis akademik dan pemerintah suatu Negara yang umumnya menginginkan kurikulum sebagai instrumen perkembangan sosial dan ekonomi.

      Setiap kurikulum harus menetapkan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, konten, kegiatan belajar dan pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapai tujuan itu, serta harus dilakukan evaluasi untuk memastikan apakah kurikulum itu efektif dan efisien.

   Adapun kurikulum, menurut pendekatan humanistik, ialah kurikulum yang mementingkan belajar kooperatif, belajar mandiri, belajar dalam kelompok kecil. Bahkan tujuan kurikulum bisa ditetapkan bersama orang tua siswa atau masyarakat, bahkan bisa bersama siswa itu sendiri. Walaupun demikian, yang penting bagi pendidikan humanistic ialah kurikulum harus dapat memberdayakan semua potensi siswa agar ia bisa merealisasi dirinya menjadi seorang mandiri sesuai minat bakat dan potensi, kebutuhan dan tujuan pembelajar.

2.    Definisi Kurikulum
Secara harfiah, Kurikum berasal dari bahasa Latin currere yang berarti lapangan pertandingan. Kurikulum sebagai arena tempat siswa bertanding guna mencapai garis finish yang ditandai dengan pemberian diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan
Pengertian harfiah modern currere yang berarti berlari yang kemudian berkembang menjadi program studi. Para peserta bertanding dengan mengutamakan kapasitas individual agar mampu mengaktualisasi diri di masa lalu, sekarang dan masa depan. Konsep kurikulum, menurut harfiah terakhir, lebih pas sebagai perolehan perspektif indvidu tentang hidup.

Sebagai rencana pembelajaran, Menurut Tanner dan Tanner, Kurikulum adalah pengalaman belajar terencana dan terprogram serta hasil belajar yang terbentuk dari rekonstruksi siswa atas pengetahuan yang dipelajarinya. Kedua penulis tersebut kemudian merevisi dengan memasukkan  siswa sebagai subjek pendidikan yang mampu mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman
Implementasi kurikulum di sekolah harus menimbulkan interaksi siswa dengan konten kurikulum. Hasil interaksi inilah yang membuahkan pengetahuan siswa yang selanjutnya ditransformasi atau dikonstruksi siswa menjadi pengalaman dan/atau kompetensi.

Sebagai Mata Pelajaran, Pengertian kurikulum tradisional bermula dari kurikulum klasik The Seven Liberal Arts yang terdiri atas The Trivium (grammar, retorik, dan dialektik) dan The Quardrivium  (aritmetika, geometri, geometri, astronomi, dan musik). Menurut pengertian tradisional, kurikulum berarti mata pelajaran atau konten (materi) mata pelajaran yang akan diajarkan sekolah, termasuk metode penyusunan dan materi ajar.

         Kalau definisi ini kita renungkan, terlihat bahwa seperangkat mata pelajaran tersebut tidak menggambarkan pengetahuan atau kompetensi yang akan dimiliki siswa setelah mempelajari semua mata pelajaran dan materi ajar tersebut. Oleh karena itu, para ahli cenderung menamakan daftar seperangkat mata pelajaran itu “program belajar” daripada kurikulum. Walaupun para ahli telah 1 abad mengupayakan pengertian kurikulum yang lebih luas dan mendalam, konsep kurikulum sebagai mata pelajaran tetap dipakai sebagai basis desain dan pengembangan kurikulum sampai kini.

Sebagai Konten, Banyak pendidik, terutama pada awal abad ke-20, memaknai kurikulum tradisional yang fokus pada transfer konten kurikulum dari guru ke siswa sedemikian rupa sehingga siswa kemudian harus mampu menunjukkan hasil transfer itu dalam ujian. Konsepsi kurikulum yang tradisional ini terasa amat luas karena tidak dapat dipastikan pengetahuan, keterampilan atau sikap apa saja yang harus dikuasai siswa melalui kurikulum dan pembelajaran.

Sebagai hasil belajar, Selama 40 tahun terakhir, kurikulum bukan sekedar rancangan saja, tetapi mengutamakan hasil implementasi rancangan itu dalam pembelajaran. Artinya, kurikulum dirancang untuk membuahkan hasil belajar untuk dikuasai siswa. Namun ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya hasil belajar yang tersembunyi selain dari yang direncanakan. Seperti pada pembelajaran sejarah menggukanan metode yang tidak tepat. Secara tidak langsung pembelajaran tersebut menghasilkan anak yang  tidak suka membaca. Begitu pula munculnya hasil belajar terkait dengan isu kontroversi tentang pendidikan seks, marxisme, komunisme, homoseksual dan lain-lain yang tersembunyi dari kurikulum yang direncanakan. Maka dari itu perlu memperhatikan pendekatan, metode, atau teknik mengajar suasana kelas, strategi instruksional tertentu dalam pembelajaran agar memperoleh hasil belajar yang  sesuai dengan harapan masyarakat.

Sebagai Reproduksi Kultural, Sekolah didirikan agar mampu menghayati pentingnya pengetahuan, moral atau sikap dan nilai yang dianut orang tua mereka. Kelemahan dari definisi kurikulum ini adalah tidak menyediakan tangga sosial bagi kemajuan individu anak dan kehidupan masyarakat. Padahal pendidikan pada dasarnya sangat pro perubahan bagi kemaslahatan umat, anti status quo.

Sebagai Pengalaman Belajar, Mark dan Jaminson mengartikan kurikulum sebagai seperangkat pengalaman belajar yang dimiliki siswa dalam suatu “setting” pembelajaran. Meskipun definisi ini dikritik terlalu luas, tetapi tidak ada manfaat jika kurikulum tidak berpengaruh pada peningkatan pengetahuan atau jika hanya menghasilkan hafalan saja pada siswa; dan Pengalaman berimplikasi perlunya implementasi kurikulum menghasilkan pengalaman, asalkan pengalaman itu berkontribusi pada pencapaian tujuan pendidikan.

Sebagai sistem Produksi, Kurikulum adalah seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil pendidikan. Biasanya, tujuan akhir dispesifikasi dalam bentuk tingkah laku seperti mempelajari keahlian, tugas, atau melakukan suatu tingkah laku lama dengan lebih baik. Pendekatan ini berasal dari program latihan di perusahaan, industry. Kritik terhadap konsep ini adalah kecendrungan untuk memandang pendidikan sebagai suatu mesin mekanis bagi pencapaian kognitif terendah, seperti mengingat informasi yang diberikan atau yang dihafalkan. Tingkat belajar yang tinggi seperti apresiasi, pengetahuan tentang pengetahuan diri sendiri (metakognitif), serta nilai-nilai (values), amat sulit diperoleh melalui latihan seperti yang diisyaratkan konsep kurikulum sistem produksi.

Sebagai bidang studi, kurikulum adalah bidang studi atau mata pelajaran/kuliah memiliki fondasi dan ruang lingkup sendiri seperti bidang studi lain, di samping memiliki riset, teori-teori dan prinsip. Perkembangan selanjutnya ialah tumbuh laboraturium di Teachers College, Columbia University yang mengkaji kurikulum sebagai suatu inovasi.

3.    Kurikulum dan Pembelajaran
       Olivia memerinci bahwa kurikulum bersifat programmatic, menyangkut program, rencana, konten, dan pengalaman belajar; sedangkan pengajaran bernuansa methodological, terkait metodologi, strategi, teknik pengajaran, implementasi dan presentasi program, rencana atau konten kurikulum tersebut. Parkay menegaskan kurikulum sebagai whats-nya sedangkan pengajaran adalah hows-nya. Namun dikarenakan ada perdebatan terkait penjelasan tersebut maka jurusan di banyak universitas di Amerika memadukan keduanya dengan istiliah Curriculum and Instruction.

4.    Definisi Non-Akademik
         Setiap stakeholders, pemerintah, orang tua dan guru memiliki kepentingan dan orientasi pendidikannya masing-masing. Brady dan Kennedy mengusulkan orientasi dan fungsi kurikulum yang mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pendidikan individu siswa dan stakeholders penddikan (Tabel 2.1)








Orientasi
Fungsi Kurikulum Pengetahuan, Keterampilan dan Nilai-nilai yang:
Kultural
Mewariskan fondasi budaya masyarakat ke generasi berikut
Personal
Membeli siswa dengan kebutuhan pokok individu dan kelompok
Vokasional
Membekali siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam dunia kerja
Sosial
Memungkinkan siswa fungsional di masyarakat bagi kesejahteraan bersama
Ekonomi
Memungkinkan kemampuan individual siswa berkontribusi pada kemajuan bangsa/Negara secara keseluruhan

5.    Tantangan Definisi
         Perdebatan mengenai kurikulum dinilai menghabiskan energy sehingga masalah dan isu yang esensial dan subtantif, riset serta isu-isu praktis kurikulum terabaikan.Tetapi, variasi pandangan para ahli tentang definisi kurikulum membuka pikiran tentang betapa luasnya cakupan  dan beragamnya cara pandang dan anlisis bidang studi kurikulum.

     Lary Cuban dan Alfie Kohn menyatakan bahwa dunia pendidikan yang  tergantung banyak tes,kurikulum telah menjadi sempit dan hambar (bland). Mata pelajaran tertentu seperti membaca dan matematika, diutamakan dengan mengorbankan mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai moral, kreativitas dan emosi.

    Buku ini memilih satu definisi yang diajukan Parkay sebagai berikut: Kurikulum mencakup semua pengalaman pendidikan yang dimiliki siswa melalui program pendidikan yang telah diikutinya untuk mencapai tujuan umumdan tujuan khusus kurikulum yang telah dikembangkan berdasarkan kerangka teori dan riset dahulu dan praktik professional kini, serta perubahan kebutuhan masyarakat.

B.   Dasar-dasar (Fondasi) Kurikulum
      Fondasi kurikulum adalah kekuatanutama yang mempengaruhi kurikulum sehingga membentuk pokok pikiran pengembang kurikulum termasuk konten dan struktur kurikulum yang mereka susun.

    Buku ini memaparkan empat fondasi utama kurikulum: (1) fondasi filosofis, (2) fondasi historis, (3) fondasi sosiologis, dan (4) fondasi psikologis dan teori belajar. Fondasi itu sering juga disebuut dalam literatur sebagai sumber-sumber penentu kurikulum.

C.   Pendekatan Kurikulum
1.    Pendekatan Teknikal/Saintifik
Pendekatan Behavioral, mengharuskan kurikulum memiliki tujuan sebagai target kurikulum. Pendekatan ini menurut William Pinar selain bersifat logis, juga konseptuaal-empiris, eksperimental dan teknokratis. Beberapa pengkritik menyebut pendekatan ini machine theory. Pengaruh prinsip ini di sekolah terlihat, antara lain, pada penghilangan kelas-kelas kecil, peningkatan rasio guru-siswa, pengurangan gaji guru dan pengurangan biaya operasional sekolah. sasarannya ilah untuk menjaga agar pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara terukur dan sangat efisien.

Pendekatan Manajerial, Pendidik yang menganut pendekatan manajerial memandang kurikulum dalam pengertian luas dan mereka peduli pada sistem sekolah secara keseluruhan, bukan hanya pada kelas atau mata pelajaran tertentu saja.         Mereka merancang kurikulum dalam bentuk program, jadwal, ruang sekolah, mengelola sumber daya, peralatan pembelajaran serta personel sekolah. Mungkin saja membentuk komite dan kelompok kerja sehingga relasi harmonis antar warga sekolah merupakan faktor penting dalam melakukan berbagai kegiatan bagi pengambilan keputusan kurikuler. Pendekatan ini akrab dengan ide inovasi dan cara bagaimana ahli kurikulum, supervisor dan administrator memfasilitasi perubahan kurikulum yang positif.

Pendekatan akademik, terlihat pada kurikulum yang fokus pada hakikat dan struktur ilmu pengetahuan seperti post modern akademik. Artinya, perhatian pakar fokus pada bagaimana pengetahuan dikonstruksi, didekonstruksi dan direkonstruksi. Dengan demikian sekolah harus memahami bidang studi kurikulum.

2.    Pendekatan Nonteknikal/Nonsaintifik
Pendekatan humanistik, Meletakkan siswa sebagai subjek pembelajaran, dan karena itu, perlu kurikulum yang memfasilitasi perkembangan anak secara utuh, bukan hanya bagi pengembangan aspek kognitifnya saja. Pendekatan ini menerapkan pembelajaran kooperatif, belajar mandiri, grup-kecil, dan kegiatan belajar sosial daripada pembelajaran kompetitif yang didominasi guru dalam kelas besar.

Pendidikan rekonsepsualis,fokus pada isu pendidikan ideologis secara luas. Pengembangan kurikulum bukan suatu sistem tertutup, tetapi selalu terbuka untuk didiskusikan.

D.  Definisi Kurikulum Komprehensif
        Definisi kurikulum dalam buku ini meletakkan siswa sebagai aktor atas kualitas pembelajaran yang dimiliki siswa. Kualitas pembelajaran itu merupakan hasil implementasi rancangan kurikulum dalam proses pembelajaran, bukan hanya yang didesain berdasarkan pertimbangan teknis penyusunan kurikulum saja, tetapi juga berdasar hasil penelitian, pengalaman praktisi pendidikan, serta teor-teori belajar yang relevan, seperti hakikat belajar dan perkembangan manusia, serta kebutuhan dan kecendrungan masa depan yang cepat berubah.


Dirangkum dari
Sumber:Ansyar, Mohammad.2017. KURIKULUM Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta: Penerbit Kencana



0 komentar:

Posting Komentar