Pendahuluan
Pendidikan
lahir dari keinginan masyarakat untuk memelihara dan mewariskan kebudayaan dan
filsafat hidup masyarakat kepada generasi muda. Karena itu, pendidik dan
pengembang kurikulum harus memahami bagaimana faktor sosial kemasyarakatan,
filsafat dan psikologi pendidikan, teori belajar serta hasil penelitian ilmiah
pendidikan mendasari pengambilan keputusan dalam mendesain, melaksanakan
mengevaluasi dan meningkatkan kurikulum dan pembelajaran. Selain itu,
pengembang dan pelaksana kurikulum perlu menjaga keseimbangan antara semua
fondasi kurikulum tersebut.
A. Masyarakat, Pendidikan, dan Sekolah
1 1. Masyarakat dan kebudayaan
Pewarisan
budaya melalui enkulturisasi, memungkinkan anak-anak mempelajari bahasa,
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai budayanya. Sebagai pengarah cara
pikir, pola berbuatan dan penentu bersikap warga, wajar kalau generasi tua
Ingin memelihara nilai-nilai budaya itu dengan jalan mentransfernya kepada
anak-cucu, agar mereka dapat menjalani kehidupan yang baik seperti yang telah
dialami sendiri oleh orang tua mereka sejak zaman dulu.
2.Keterampilan Hidup
Kebudayaan tumbuh
dari usaha orang dahulu untuk memenuhi kebutuhan primer kehidupan seperti
pangan, sandang, dan papan. Dari hasil itu, mereka memperoleh pengetahuan,
keterampilan yang membantu mereka survive dengan baik. Mereka juga
membuat peralatan dan mengembangkan nilai-nilai yang lama kelamaan tumbuh
menjadi kebiasaan dan kepercayaan masyarakat. Dari waktu ke waktu, warga
masyarakat terus mengembangkan keterampilan hidup tersebut dan mewariskannya
kepada generasi selanjutnya.
3. 3. Kebudayaan Materiel dan Nonmateriel
Para leluhur
dihadapkan pada berbagai masalah seperti kekeringan, banjir, binatang buas dan
serangan kelompok yang bermusuhan. Dimulai dengan coba-coba leluhur membuat
alat-alat kebutuhan hidup sehari-hari seperti cangkul, parang, arit, teko,
piring, sendok, gelas, panah, senapan dll. Semua itu merupakan bagian dari
materiel cultures, karena benda budaya itu adalah objek yang dapat dilihat dan
diraba.
Disamping kebudayaan materiel, manusia dulu mengembangkan kebudayaan
non-materiels seperti pola hidup berkelompok (group life). Begitupula dengan
bahasa yang berperan strategis mengembangkan kebudayaan itu sendiri. Bahasa merupakan
medium penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir abstrak anak. Dengan
kemampuan berpikir abstrak, konseptual serta berkomunikasi menggunakan bahasa
tulis dan lisan, manusia bisa mengenang yang lampau, mengonsepsi masa depan dan
memberikan dampak pendidikan yang luar biasa.
4. 4.Transformasi Budaya
Perkembangan
selanjutnya terkait perubahan fungsi pendidikan yang mulanya fokus pada
pewarisan berubah menjadi transformasi kebudayaan sehingga generasi muda dapat
hidup lebih baik dari orang tua mereka.
5. 5. Strategi Pendidikan
Pada era praliterasi,
masyarakat miskin informasi tetapi kaya pengalaman. Strategi diklat tutorial
berlangsung alamiah melalui tatap muka, interaksi praktik di bawah arahan orang
tua. Anak memperoleh pengalaman melalui pengajaran yang mengintegrasi
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai oleh orang tua sebagai tutor. Hasil
pelajaran tutorial yang mengintegrasikan teori dan praktik lapangan itu
menghasilkan pengalaman belajar bermakna bagi si anak.
Sebaliknya, di
masyarakat modern pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan teknologi makin
lama makin banyak, makin luas dan makin kompleks. Akibatnya, orang tua kini
tidak menguasai muatan budaya yang akan diajarkan kepada anak. Informasi atau
pengetahuan yang melimpah tanpa diikuti aplikasinya dalam kehidupan nyata
cenderung menjadikan siswa miskin pengalaman aplikatif. Akibatnya anak kurang
memahami materi yang dipelajarinya sehingga ia tak mampu menerapkan
materi itu dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini merupakan karakteristik
umum sekolah kini, yaitu siswa kurang dibekali kemampuan memproses atau
merekonstruksi informasi menjadi constructed knowledge.
B. Dasar dan Fungsi Pendidikan
1 1. Fungsi Sekolah
Taba memerinci tiga fungsi
utama pendidikan, sebagai: (1) pemelihara dan pewarisan kebudayaan, (2)
instrument transformasi kebudayaan, dan (3) alat pengembangan individual siswa.
2 2. Sekolah dan Kurikulum
Sekolah memerlukan
kurikulum yang lebih kompleks dari kurikulum era sebelumnya. Penetapan
prioritas tujuan pendidikan dan penyusunan kurikulum cenderung mengalami banyak
perdebatan, mengingat saratnya muatan pengetahuan yang harus masuk kurikulum
dan bervariasinya kepentingan dan aspirasi berbagai stakeholders pendidikan.
Dengan kata lain, melimpahnya volume pengetahuan, bervariasinya filsafat
pendidikan dan beragamnya teori belajar pendidik dan pengembang kurikulum, maka
seleksi mata ajar, pemilihan kegiatan belajar dan penetapan pengalaman belajar,
serta sistem evaluasi kurikulum dan pembelajaran, akan melalui suatu proses
perdebatan yang tidak mudah.
Pengembang
kurikulum professional harus memahami bagaimana mendesain kurikulum yang
mengakomodasi keinginan masyarakat dinamis dalam konteks globalisasi dan
digitalisasi. Selain itu, keputusan tentang kegiatan belajar, pengalaman
belajar yang menunjang pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus sekolah harus
dirancang dan dilaksanakan dengan baik melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dirangkum dari
Sumber:Ansyar, Mohammad.2017. KURIKULUM
Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta: Penerbit Kencana
0 komentar:
Posting Komentar