Senin, 06 April 2020

Resume Buku: Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan (1)

     
          Pendahuluan

       Pendidikan lahir dari keinginan masyarakat untuk memelihara dan mewariskan kebudayaan dan filsafat hidup masyarakat kepada generasi muda. Karena itu, pendidik dan pengembang kurikulum harus memahami bagaimana faktor sosial kemasyarakatan, filsafat dan psikologi pendidikan, teori belajar serta hasil penelitian ilmiah pendidikan mendasari pengambilan keputusan dalam mendesain, melaksanakan mengevaluasi dan meningkatkan kurikulum dan pembelajaran. Selain itu, pengembang dan pelaksana kurikulum perlu menjaga keseimbangan antara semua fondasi kurikulum tersebut.


      A. Masyarakat, Pendidikan, dan Sekolah

1     1. Masyarakat dan kebudayaan

       Pewarisan budaya melalui enkulturisasi, memungkinkan anak-anak mempelajari bahasa, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai budayanya. Sebagai pengarah cara pikir, pola berbuatan dan penentu bersikap warga, wajar kalau generasi tua Ingin memelihara nilai-nilai budaya itu dengan jalan mentransfernya kepada anak-cucu, agar mereka dapat menjalani kehidupan yang baik seperti yang telah dialami sendiri oleh orang tua mereka sejak zaman dulu.


     2.Keterampilan Hidup

     Kebudayaan tumbuh dari usaha orang dahulu untuk memenuhi kebutuhan primer kehidupan seperti pangan, sandang, dan papan. Dari hasil itu, mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan  yang membantu mereka survive dengan baik. Mereka juga membuat peralatan dan mengembangkan nilai-nilai yang lama kelamaan tumbuh menjadi kebiasaan dan kepercayaan masyarakat. Dari waktu ke waktu, warga masyarakat terus mengembangkan keterampilan hidup tersebut dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya.


3.    3. Kebudayaan Materiel dan Nonmateriel

       Para leluhur dihadapkan pada berbagai masalah seperti kekeringan, banjir, binatang buas dan serangan kelompok yang bermusuhan. Dimulai dengan coba-coba leluhur membuat alat-alat kebutuhan hidup sehari-hari seperti cangkul, parang, arit, teko, piring, sendok, gelas, panah, senapan dll. Semua itu merupakan bagian dari materiel cultures, karena benda budaya itu adalah objek yang dapat dilihat dan diraba. 
         Disamping kebudayaan materiel, manusia dulu mengembangkan kebudayaan non-materiels seperti pola hidup berkelompok (group life). Begitupula dengan bahasa yang berperan strategis mengembangkan kebudayaan itu sendiri. Bahasa merupakan medium penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir abstrak anak. Dengan kemampuan berpikir abstrak, konseptual serta berkomunikasi menggunakan bahasa tulis dan lisan, manusia bisa mengenang yang lampau, mengonsepsi masa depan dan memberikan dampak pendidikan yang luar biasa.


4.   4.Transformasi Budaya

       Perkembangan selanjutnya terkait perubahan fungsi pendidikan yang mulanya fokus pada pewarisan berubah menjadi transformasi kebudayaan sehingga generasi muda dapat hidup lebih baik dari orang tua mereka. 


5.   5. Strategi Pendidikan

    Pada era praliterasi, masyarakat miskin informasi tetapi kaya pengalaman. Strategi diklat tutorial berlangsung alamiah melalui tatap muka, interaksi praktik di bawah arahan orang tua. Anak memperoleh pengalaman melalui pengajaran yang mengintegrasi pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai oleh orang tua sebagai tutor. Hasil pelajaran tutorial yang mengintegrasikan teori dan praktik lapangan itu menghasilkan pengalaman belajar bermakna bagi si anak.

     Sebaliknya, di masyarakat modern pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan teknologi makin lama makin banyak, makin luas dan makin kompleks. Akibatnya, orang tua kini tidak menguasai muatan budaya yang akan diajarkan kepada anak. Informasi atau pengetahuan yang melimpah tanpa diikuti aplikasinya dalam kehidupan nyata cenderung menjadikan siswa miskin pengalaman aplikatif. Akibatnya anak kurang memahami materi yang dipelajarinya sehingga ia tak mampu  menerapkan materi itu dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini merupakan karakteristik umum sekolah kini, yaitu siswa kurang dibekali kemampuan memproses atau merekonstruksi informasi menjadi constructed knowledge.

     B. Dasar dan Fungsi Pendidikan

1      1. Fungsi Sekolah

   Taba memerinci tiga fungsi utama pendidikan, sebagai: (1) pemelihara dan pewarisan kebudayaan, (2) instrument transformasi kebudayaan, dan (3) alat pengembangan individual siswa.


2      2. Sekolah dan Kurikulum

    Sekolah memerlukan kurikulum yang lebih kompleks dari kurikulum era sebelumnya. Penetapan prioritas tujuan pendidikan dan penyusunan kurikulum cenderung mengalami banyak perdebatan, mengingat saratnya muatan pengetahuan yang harus masuk kurikulum dan bervariasinya kepentingan dan aspirasi berbagai stakeholders pendidikan. Dengan kata lain, melimpahnya volume pengetahuan, bervariasinya filsafat pendidikan dan beragamnya teori belajar pendidik dan pengembang kurikulum, maka seleksi mata ajar, pemilihan kegiatan belajar dan penetapan pengalaman belajar, serta sistem evaluasi kurikulum dan pembelajaran, akan melalui suatu proses perdebatan yang tidak mudah.

       Pengembang kurikulum professional harus memahami bagaimana mendesain kurikulum yang mengakomodasi keinginan masyarakat dinamis dalam konteks globalisasi dan digitalisasi. Selain itu, keputusan tentang kegiatan belajar, pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus sekolah harus dirancang dan dilaksanakan dengan baik melalui proses pembelajaran di sekolah.


Dirangkum dari
Sumber:Ansyar, Mohammad.2017. KURIKULUM Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta: Penerbit Kencana

0 komentar:

Posting Komentar