Rabu, 22 April 2020

Resume Buku: Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan (4)


      I.               Landasan Historis
A.        Pendidikan Pra-Abad ke-20
1.         Pendidikan Mesir dan Cina Kuno
Setengah dari 6000 tahun sejarah mesir pendidikan fokus pada praktik daripada pengembangan berpikir kognitif abstrak, sedangkan  afektif diajarkan melalui institusi agama dan keluarga.pengajarandiutamakan pada matematika praktis, astronomi, kedokteran, teknik, dan geografi . keruntuhan disebabkan kurangnya kesusastraan, pola piker filosofis dan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan pengetahuan abstrak.

Di Cina, pendidikan pertama ide Lao-Tse (Abad ke-6 SM) pendidikan merupakan buah kontemplasi sebagai landasan pokok perkembangan pikiran dan prestasi yanag bermanfaat dan penting bagi kehidupan manusia, dan kedua Confucius abad ke-5 SM, pendidikan harus berorientasi kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi.

2.         Pendidikan Yunani Kuno
Sistem pendidikan yang terkenal di Yunani ialah pendidikan di Kota Sparta dan Athena selama abad ke-7 dan Ke-8 SM. Laki-laki dan perempuan dilatih pendidikan jasmani untuk menjadi tentara sampai mereka menjadi warga kota pada umur 30 tahun. Fokus pendidikan ialah pada latihan pendidikan jasmani melalui latihan kemiliteran gimnastik. Pendidikan moral dan politik diajarkan dengan menghafal undang-undang. Sistem pendidikan tersebut menghasilkan anak berketerampilan  militer yang kuat dan politisi andal.

Adapun di Athena, anak perempuan tinggal di rumah di bawah asuhan ibu untuk menerima pendidikan moral dan pengembangan fisik agar bisa melahirkan anak-anak sehat ketika dewasa. Adapun laki-laki dikirim ke sekolah swasta sampai berumur 16 tahun. Pendidikan  indvidualistik merupakan karakteristik pendidikan Athena. Anak-anak mempelajari berbagai ragam mata pelajaran termasuk tata bahasa sastra , puisi, retorika, drama, matematika dan pidato. Sekolah Athena menghasilkan filsuf terkenal dan guru-guru seperti Socrates, Plato dan Aristotle.

Pertengahan abad ke-15 SM, timbul perubahan ekonomi Yunani yaitu munculnya kelas pedagang yang memerlukan tipe baru pendidik. Aristipus mengutamakan hedonismesebagai tujuan hidup dan sasaran pendidikan.Epiricus menginginkan kesederhanaan dan moderasi. Citium menekankan kehidupan sederhana dan pengekangan nafsu kemewahan dan kepemilikan materi sebagai tujuan pendidikan.

Menurut Aristotle murid Plato, pendidikan liberal fokus pada peningkatan kompetensi personal yang bermanfaat bagi masyarakat.

3.         Pendidikan Romawi Kuno
Tujuan pendidikan Romawi Kunoadalah pengajaran nilai-nilai moral dan kemuliaan sosial untuk menjaga ketertiban hukum, kebiasaan danagama.dengan sistem itu Romawi membentuk empirium besar yang mengharuskan mereka konsentrasi pada perang dan politik. Setelah emporium itu terealisasi, mereka fokus pada administrasi, hukum dan diplomasi bagi pemeliharaan kekuasaan.sistem pendidikan format romawi dimulai di sekolah dasar, 6-12 tahun yang mengajar membaca, menulis, aritmetika dan moral. Sekolah dasar dilanjutkan dengan sekolah menengah atau sekolah grammar dengan mata pelajaran bahasa latin, yunani, sejarah, mitologi dan etika. Bangsa romawi kemudian mengembangkan kurikulum the seven liberal arts, Trivium: grammar, retorika, dan logika. Dan kurikulum Plato Quadrivium aritmetika, geometri, astronomi dan music. Sensor ide-ide pemisahan para ahli dan politisi dianggap sebagai penyebab utama kejatuhan romawi.
4.         Pendidikan Islam
Sumber utama ajaran agama Islam terpelihara dalam Al-Qur’an, mulai diturunkan dengan ayat pendidikan. Banyak ayat yang memerintahkan umat Islam agar mampu memakai akalnya (berpikir), sehingga umat bisa mempelajari berbagai gejala alam raya hasil ciptaan-Nya. Mengkaji gejala alam ditugaskan Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Munculnya banyak pakar dan pemikir Islam yang berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Khaldun, Al-Ghazali dan Avicena. Salah satu karya terbesar Avicena adalah terjemahan dan pelestarian karya filsuf Yunani seperti Aristotles, dimana ketika itu bangsa eropa kehilangan teks tersebut.

5.         Pendidikan Abad Pertengahan
Abad pertengahan ditandai melemahnya pembelajaran dan penguatan pengaruh skolastik pendidik akademik. Dengan ketiadaan pusat kekuasaan politik yang kuat, pola kehidupan di masyarakatpertengahan merupakan sintesis gereja katolik Latin yang dikendalikan Paus di Roma.

Pendidikan dasar di era ini dilakukan melalui institusi seperti parish, chantry, dan monastic school di bawah naungan gereja . Sekolah monastic dan sekolah katedral menawarkan kurikulum pengetahuan umum. Adapun sekolah yang memberikan keterampilan pokok dan kejuruan dilakukan gilda perdagangan dan kerajinan. Para kesatria menerima latihan kemiliteran dan hukum sipil di istana.

6.         Pendidikan Era Renaisan dan Reformas
Para sarjana di Eropa berpaling pada sastra humanis Yunani dan romawi, juga yang lebih penting tumbuhnya spirit penelitian ilmiah. Di bidang pendidikan, hal ini menumbuhkan metode kritis bertanya Socrates serta pedagogis praktis dan humanistic. Sekolah Da Feltre di Mantua menyiapkan anak orang kaya menjadi gentleman berbuadaya melalui kurikulum The seven liberal arts. Erasmus dari Belanda adalah yang pertama semenjak Quintillan yang menyatakan bahwa metode mengajar harus berdasarkan pemahaman tentang anak dan psikologi belajar.

Martin Luther King dan John Calvin adalah dua contributor utama perubahan kurikulum di era reformasi. Luther ingin pendidikan wajib bagi semua anak: kaya, miskin, laki-laki dan perempuan. Sekolah harus dibawah control pemerintah sehingga mudah di monitor, disupervisi dan disurvei agar dapat dicek akuntabilitas apakah kurikulum dilaksanakan sesuai standar. Calvin menganjurkan perlu supervise rumah tangga supaya diketahui apakah orang tua mengajarkan ajaran agama dengan benar, sehingga bisa dihindarkan pengajaran agama yang tidak sesuai doktrin agama.

Spirit era rasional mencapai puncaknya pada abad ke 17 dan ke 18 yang dimulai penemuan ilmiah oleh filsuf, ilmuan sosial dan pendidik seperti Copernicus, galileo dan newton. Filsuf Thomas Hobbes dan Rene Descrates melanjutkan bahwa logika dan empirisme berpengaruh besar pada kurikulum.

B.         Pendidikan Menjelang Abad ke-20
Filosof Perancis Jean Jacques Rousseau mengusulkan kurikulum yang mengharuskan anak bermain secara alamiah selama lima tahun, selama tujuh tahun berikut mengaktifkan pengalaman sensori melalui pelajaran kingkrit daripada abstrak. Sasarannya adalah agar anak anak dapat mengembangkan konsep, ide dan rsio ketika berumur 12-17 tahun, sehingga ketika mereka terjun ke masyarakat mereka sudah memahami hal-hal yang baik dalam kehidupan bersama di masyarakat. Pestalozzi mengkampanyekan pentingnya keseimbangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Munculnyasemangat sains memperoleh momentum waktu Herbert Spencer dari inggris menilai studi ilmiah seperti sosiologi, politik, fisika dan biologi lebih penting dari pendidikan kultural dan humaniora ketika sains berkontribusi lebih besar bagi kelanjutan hidup manusia. Charles Darwin memunculkan suatu pertanyaan pada diri spencer terkait kurikulum yaitu “What knowledge is of most worth” Herbart menjawab sendiri pertanyaan itu, yaitu pengetahuan tentang kesehatan, vokasi, kewarganegaraan, kerumahtanggaan dan pemanfaatan waktu luang. Ternyata ide ini bergema dalam kurikulum sekolah sampai abad berikut.

C.         Pendidkan Abad ke-20
William James dari Harvard membawa ide learning by doing yang menginspirasi Dewey untuk mengembangkan teori bahwa sekolah dan masyarakat tidak terpisah. Pada saat bersamaan di Italia, Maria Montessori mengajukan metode perkembangan spontan fisik, mental, dan spiritual melalui pengembangan sensori. Tujuan utama pelajaran individual Montessori ialah membantu anak mengurus diri sendiri. Gerg Kerschenteiner dan Devide Decroly mendirikan sekolah kerja dengan kurikulum terpusat pada minat anak.

Munculnya kurikulum sebagai bidang studi ditandai dengan terbitnya buku-buku yang membahas kurikulum. Kaum tradisionalis fokus pada mata pelajaran, kaum sosial behaviorist pada masyarakat, dan kaum eksperimentalis pada siswa. Kurikulum dituntut untuk responsive terhadap perubahan kebutuhan masyarakat dengan dinamika tinggi sehingga relevansi kurikulum tetap terjaga sesuai tuntutan perkembangan, kemajuan dan tantangan masa depan yang cepat berubah.

 Dirangkum dari   Sumber:Ansyar, Mohammad.2017. KURIKULUM Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta: Penerbit Kencana  Resume Buku: Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan (3)

0 komentar:

Posting Komentar