Jumat, 21 Februari 2020

Memahami Autisme dan Asperger 1 (Model Medis dari Sebuah Penyakit)





              
   Dari tahun ke tahun jumlah penderita autisme terus meningkat. Di Amerika misalnya, pada tahun 2012 jumlah autistik (sebutan untuk penderita autisme)  adalah satu banding delapan puluh delapan. Jumlah tersebut kemudian meningkat menjadi satu banding enam puluh delapanm pada tahun 2014. Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2013 Direktur Bina kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan pernah menduga jumlah anak autis di Indonesia sejumlah sekitar 112 ribu dengan rentang 5-19 tahun. Peningkatan jumlah autistik tersebut, perlu diiringi dengan peningkatan pemahaman masyarakat terkait gangguan perkembangan mental autisme.
Terapi Komunikasi - Latihan membaca dongeng menggunakan ekspresi

    Untuk dapat memahami apa itu autisme, maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana model medis dari sebuah penyakit. Dalam konsep ilmu kesehatan, terdapat peta yang menuntun darimana kita bisa memulai dan mengakhiri “petualangan” untuk memahami suatu penyakit. Pada peta tersebut terdapat semua informasi yang terbagi menjadi empat bagian yang saling berkaitan satu sama lain. Berikut adalah bagan model medis dari suatu penyakit.

Bagan Model Medis dari sebuah penyakit -  Edward R. Ritvo
      Mari kita lihat bagaimana model ini bisa membantu menyusun cara berpikir kita. Semisal pada kasus penyakit umum yang dialami anak-anak. Bu Susi pergi ke sebuah klinik, dan mengatakan kekhawatiran tentang Santi, anak perempuanya yang berusia lima tahun.

   Pertama, Dokter menanyakan bagaimana gejala yang dialami Santi? Bu Susi menceritakan bahwa Santi bangun tengah malam dengan sakit tenggorokan, batuk dan demam.

 Kedua, Dokter mempertanyakann penyakit apa yang menyebabkan gejala ini? Hasil pemeriksaan menunjukkan pembengkakan amandel, tambalan putih, getah bening membengkak di lehernya dan lender kental di tenggorokannya. ketidak normalan yang ditemukan menjelaskan gejala dan mengarahkan kita pada tersangkanya.

    Ketiga, sekarang dokter bisa beralih pada penyebabnya. Mengambil sampel dari tenggorokan Santi, kemudian membawanya ke labolaturium. Dokter menemukan pertumbuhan bakteri strep beta. Misteri terpecahkan, Santi mengalama infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri strep.

  Keempat, akhirnya setelah melakukan diagnosa, dokter sekarang menentukan pengobatan. Dokter kemudian memberikan antibiotik, menyarankan untuk beristirahat,aspirin, minum banyak air dan obat batuk. Dalam 48 jam Santi kembali pulih seperti sedia kala.

 Demikian gambaran, bagaimana semestinya kita menyusun semua informasi terkait autisme. Pertama gambaran klinis kondisi para autistik, penyakit yang ada pada otak autistik, penyebab penyakit tersebut dan pengobatan untuk autistik. Secara umum pengobatan terbagi menjadi dua tipe. Pertama yang bertujuan untuk menghilangkan atau melawan penyebab penyakit. Ini disebut pengobatan rasional. Yang kedua, adalah pengobatan pendukung, sebagai usaha untuk memulihkan keadaan. Dalam kasus Santi, dokter menggunakan kedua tipe pengobatan. Pertama, pengobatan rasional menggunakan antibiotik untuk melawan bakteri. Kemudian pengobatan pendukung yaitu istirahat total, minum air, aspirin dan obat batuk sirup.

Terapi Toe Walking (agar tidak berjalan jinjit)- berjalan di tanah tanpa menggunakan alas kaki

    Penting untuk memahami perbedaan antara dua tipe pengobatan tersebut ketika membahas Autisme dan Asperger. Sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah literatur, karena kita belum menemukan penyebab dari autisme,  maka sampai saat ini kita juga belum menemukan pengobatan rasional untuk autistik, dan semua pengobatan yang dilakukan untuk autistic sekarang ini adalah tipe pengobatan pendukung.



sumber:
Ritvo, Edward R. 2006. Understanding the Nature of Autism and Asperger's Disoreder. London: Jessica Kingsley Publishers