1. sejarah dan sudut pandang
a.
John B. Watson
Sejarah awal psikologi dimulai dengan keyakinan bahwa ”Ketika ada dua
orang yang hidup berdekatan di muka bumi, maka perilaku satu orang dari mereka
akan mempengaruhi perilaku satu orang
yang lain”. Watson menggunakan term “Psikologi adalah ilmu tentang perilaku”
b.
B.F Skinner
Skinner memulai karirnya dengan membaca karya-karya Watson dan Pavlov. Ia
membuat proyek untuk melatih merpati.
Tiga ekor merpati dihadapkan kepada layar yang menampilkan gambar target,
kemudian merpati tersebut dilatih untuk mematok pada gambar target yang
ditunjukkan. Pada saat perang dunia 2, merpati-merpati tersebut masing-masing
dibekalkan satu buah bom yang nantinya akan mereka bawa dan jatuhkan pada
target yang sudah ditunjukkan.
c.
Beberapa jurnal terkait perilaku
·
JEAB = Journal Of The Experimental Analysis Of
Behaviour
·
BRAT=Behaviour Research and Therapy
·
JABA=Journal of Applied Behaviour Analysis
·
EIBI=Early Intensive Behavioural Interventions
·
EFA= ExperimentalFunctional Assesment
2.
ABA, penerapannya pada autism dan penyakit lain
yang terkait
a.
Pendahuluan
·
Gejala dikategorisasikan dalam dua area
(1) Berlebihan dalam perilaku bersuara,gerak, meracau dan kekakuan
(2) Kekurangan dalam penundaan komunikasi, hubungan sosial dan kemandirian
·
Karakteristik
(1) (Applied)Teraplikasi = Penting bagi manusia dan sosial
(2) (Behavior)Perilaku= dapat menjawab pertanyaan seputar perubahan
perilaku
(3) (Analytic) Analisis= Demonstrasi terpercaya
b.
Konsep dasar dan fondasi dari ABA
·
Hukuman
(1) Hukuman Positif
Memberikan suatu hal agar dapat merubah
perilaku. “Misal seorang anak autis selalu kabur dari ruangan saat belajar.
Maka terapis memberikan hukuman berupa melompat-lompat hingga anak tersebut
sangat letih. Sehingga anak tersebut nantinya memahami bahwa jika ia kabur saat
belajar, maka ia akan melompat sampai sangat letih dan tidak akan
mengulanginya.” (permisalan bukan dari buku)
(2) Hukuman Negatif
Menghilangkan suatu hal agar dapat merubah perilaku. Misal seorang anak
autis selalu kabur dari ruangan saat belajar. Maka terapis menghilangkan jatah
kue yang biasanya diberikan. Sehingga anak tersebut nantinya memahami bahwa
jika ia kabur saat belajar, maka ia tidak mendapatkan jatah kue dan tidak akan
mengulanginya. (permisalan bukan dari buku)
·
Penguatan
(1) Token Economy
Memberikan simbol berupa poin
atau stiker, yang nantinya jika terkumpul banyak pada jumlah tertentu dapat
ditukar dengan sesuatu yang dapat memacu motivasi. Misal setiapkali anak dapat
mengerjakan tugasnya dengan baik mendapatkan 5 poin. Jika program latihan sudah
selesai dan siswa memperoleh 500 poin dari tugas-tugas yang dikerjakan, maka ia
dapat menukar poin tersebut dengan satu buah tas sekolah. (permisalan bukan
dari buku)
(2) Extinction
Menghilangkan perilaku yang dapat memperkuat perilaku buruk (tidak
diinginkan). Misal seorang anak mengalami gatal saat belajar, kemudia gurunya
membantu menenangkan dengan memberi krim penghilang rasa gatal. Namun setelah
itu kejadian tersebut terulang kembali beberapa kali hingga mengganggu proses
belajar. Kemudian guru tersebut menghentikan penenangan agar anak tersebut
tidak merajuk lagi. (permisalan bukan dari buku)
3.
Metode pengukuran
a.
Fase pengukuran Perilaku
·
Pengukuran adalah tahap pertama dalam
menganalisis perilaku
(1) Mendefinisikan perilaku kunci yang ingin dirubah
(2) Mengidentifikasi kondisi lingkungan yang mendukung terciptanya
perubahan
(3) Mendefinisikan kondisi lingkungan yang akan melakukan perubahan yang
diinginkan
b.
sebelum assessment: memperoleh sudut pandang
dari situasi klien dan mendefinisikan area penting untuk diintervensi
·
Vineland Adaptive Behavior Scales (de Bildt,
Kraijer, Sytema, & Mindera, 2005) dan AAIDD Adaptive Behavior Scale –
School: Second Edition (ABS-S:2) (Lambert, Nihira, & Leland,1993)
menyajikan analisis perilaku dengan sudut pandang luas tentang kemampuan
anak-anak dan dengan menyajikan norma perkembangan mental, memungkinkan dokter
untuk mengevaluasi kemampuan anak pada berbagai ranah untuk membandingkannya
dengan anak-anak tanpa keterbatasan perkembangan mental
·
Developmental Behavior Checklist
(Einfeld&Tonge, 1995) menyajikan sebuah sudut pandang luas dari
permasalahan perilaku yang potensial.
c.
Identifikasi target prioritas untuk perubahan
perilaku, termasuk perilaku yang ingin dikuatkan dan perilaku yang ingin
dikurangi/dihilangkan
Cooper, Heron, dan Heward (2007) dkk, menyarankan sejumlah pertanyaan
yang akan berguna untuk ditanyakan dalam menentukannya
d.
Definisi dan pengukuran berdasarkan informasi
dasar.
e.
Evaluasi hubungan fungsional antara kondisi
lingkungan dan target perilaku, mengembangkan hipotesis berdasar
intervensi yang akan dilakukan
Label kondisi
|
Hipotesis berdasar fungsi perilaku
yang sudah diuji
|
Kondisi pendahuluan/ motivasi operasi
|
Konsekuensi yang disampaikan bergantung
pada perilaku masalah
|
Ketidaksetujuan sosial
|
Perilaku dijaga oleh pengasuh
|
Mainan tersedia untuk anak. Pengasuh
tidak berinteraksi dengan anak, menyibukkan diri dengan aktivitasnya sendiri
|
Orang dewasa secara verbal
mengekspresikan perhatian dan atau ketidak setujuan dengan sederhana, tidak
menghukum
|
Tuntutan akademik
|
Perilaku dijaga oleh kontingen diluar
dari tuntutan tugas
|
Orang dewasa membutuhkan 3 tahap,
verbal, contoh/modelling, bimbingan fisik. Sebagian besar adalah terikat
dengan anak dalam kesulitan kegiatan pendidikan
|
Mengakhiri permintaan tugas selama 30
detik, dengan tambahan 30 detik dari permintaan untuk mengulang perilaku
|
sendiri
|
Perilaku dijaga oleh penguatan
otomatis
|
Anak-anak ditinggal sendiri di dalam
ruangan tanpa mainan atau kegiatan dan memperhatikan dari luar
|
|
Permainan tidak terstruktur
|
kontrol kondisi
|
Menyediakan berbagai jenis mainan.
Orang dewasa tetap dekat dengan anak, tidak membatasi perilaku anak, secara
periodic menawarkan mainan dan tidak membuat permintaan, memberi hadiah
sosial dan kontak fisik singkat setidaknya sekali setiap 30 detik asalkan anak tidak memberikan respon
perilaku yang bermasalah
|
Outline of functional analysis conditions used by Iwata et.al (1982)
f.
menguji hipotesis perubahan perilaku supaya
berkembang
Penyelesaian proses pengukuran akan diikuti dengan
implementasi dari satu atau lebih intervensi yang diharapkan mengurangi tingkat
permasalahan perilaku dan menguatkan penyesuaian alternative.
Bagaimanapunmenyeluruhnya pengukuran fungsional diambil, ini penting untuk
mencoba mengevaluasi intervensi yang tidak sesuai dengan ekspektasi
4.
Intervensi dan metode treatment untuk anak
dengan spectrum penyakit autism
a.
Discrete Trial Teaching (DTT) adalah membagi sebuah kemampuan
menjadi langkah-langkah kecil dan mengajarkan satu langkah dalam satu waktu
sampai menjadi mahir. Sistem pengajarannya dalam bentuk pengulangan (repetisi)
dengan memberikan reinforcement, jika perlu dibantu dengan prosedur prompt.
b.
Incidental Teaching mengarah pada pengajaran
ketika anak merasa tertarik pada materi ajar atau suatu perilaku atau kegiatan
yang ada di lingkungan alamiahnya. Guru harus berhati-hati memilih target
perilaku yang akan diajarkan sesuai kebutuhan dan kemampuan dan menyusun
lingkungan/ tempat belajar agar anak memiliki inisiasi perilaku yang menjadi
tujuan intervensi. Sebagai contoh, untuk mengajarkan meminta dengan tepat, guru
mengatur mainan atau sesuatu yang disukai oleh anak di suatu ruangan, kemudian
memancing anak untuk mengambil benda tersebut. Apabila anak sudah melirik
benda tersebut dan terlihat ingin mengambilnya, maka ajarkan anak untuk
meminta dengan benar. Tanyakanlah “kamu mau apa?” kemudian bombing anak untuk
menjawab “Bu, saya mau minta kue” atau “Bu, tolong ambilkan boneka” dengan
begitu anak terlatih untuk berkomunikasi dalam hal ini meminta sesuatu. Contoh
lain ketika anak ingin ke kamar mandi maka ajarkan anak untuk izin ke
kamar mandi.
c.
Pivotal Response Training (melatih respon anak)
digunakan untuk meningkatkan inisiasi dan generalisasi kemampuan bahasa, berbicara dan mengurangi
ketidak mampuan menyesuaikan diri. Misal seorang anak dilatih untuk mengucapkan
sesuatu kemudian kita memberikan respon sesuai ucapannya. Ketika anak
mengatakan “buka” pada tutup toples kemudian guru membuka toples tersebut
begitu pula sebaliknya ketika guru mengatakan “buka” maka anak dibimbing untuk
membuka toples.
d.
Verbal Behavior terbagi kedalam beberapa unit
yaitu meminta sesuatu, memberi label/ nama kepada benda, mengikuti/ mengulang
kata yang disebutkan oleh guru, menjawab pertanyaan. Perbedaan dengan
incidental teaching adalah pada inisiatif siswa, sedangkan verbal behavior
adalah yang sesuatu yang bukan dari inisiatif siswa.
e.
TEACCH (Treatment and Education of Autistic and
related Communication handicapped
CHildern).adalah pelatihan terstruktur
yang melibatkan lingkungan anak yang menyediakan system kerja individual
dan aktivitas grup. Sebagai tambahan guru juga membuatsistem untuk awalan dan akhiran disetiap tugas. Semisal
ketika seorang anak memulai kegiatan menggambar, maka guru membuat sistem agar
anak mengambil buku gambarnya sendiri, mengambil pensil warnanya sendiri,
menurunkan kursi yang akan diduduki, begitu pula ketika selesai maka siswa
harus mengembalikan barang-barang sesuai pada tempatnya semula.
5.
Perbedaan diagnosa pada spektrum penyakit autism
a.
Gejala inti
·
Kemampuan komunikasi
·
Kemampuan sosial
·
Perilaku stereotip
·
Diagnosis komorbid
·
Ketidakmampuan intelektual
·
Keterbatasan intelektual
·
Gangguan bahasa
·
Mencari perhatian/hiperaktif
b.
Alat pengukuran spectrum ASD
·
Autism Behavior Checklist (ABC)
·
Autism Diagnostic Interview-Revised (ADI)
·
Autism Diagnostic Observation Schedule- Generic
(ADOS-G)
·
Autism Spectrum Disorder-Diagnostic (ASD-D)
c.
Skala peringkat autisme untuk anak-anak
·
Gilliam Autism Rating scale
·
Checklist for Autism in Toddlers
·
PDD Behavior Inventory
·
Social responsiveness scale
·
General Assesment Discussion
6.
Komunikasi
Dimensi
|
Deskripsi
|
Aplikasi untuk komunikasi
|
Aplikasi
|
ABA fokus pada mengubah perilaku
sosial yang dibutuhkan
|
Fokus mengajar perilaku komunikatif
yang menambah fungsi dan kualitas hidup
|
Perilaku
|
ABA membutuhkan observasi langsung dan
pengukuran perilaku
|
Secara objektif mendefinisikan
perilaku komunikatif dengan cara yang memungkinkan untuk diobservasi dan
terukur
|
Analitik
|
ABA membutuhkan demonstrasi yang
meyakinkan atas dampak dari setiap variabel intervensi pada satu atau lebih
variabel
|
Termaksud pengulangan pengukuran dari
perilaku komunikatif
|
Konseptual
|
ABA berdasarkan, diturunkan dan
konsisten dengan prinsip-prinsip pembelajaran valid secara empiris ,
membentuk, mengaitkan, stimulus discrimination training, differential
reinforcement
|
Identifikasi prinsip dasar belajar
atau mekanisme intervensi komunikasi efektif
|
teknologi
|
Intervensi ABA secara objektif
dideskripsikan dengan cukup detail memungkinkan untuk di replikasi
|
Menyediakan tahapan-tahapan deskripsi
dari prosedur intervensi untuk
memfasilitasi replikasi oleh pemangku kepentingan (orang tua, murid, dll)
|
Generalisasi hasil
|
Intervensi ABA akan sangat efektif
ketika perubahan perilaku dijaga dan dengan tepat disama penyetaraan pada
peraturan baru, baik itu dari segi materi dan orang yang mengajarkan
|
Menggabungkan strategi untuk memajukan
perawatan dan penyetaraan intervensi komunikasi
|
Efektif
|
Intervensi ABA dipertimbangkan efektif
hanya jika hasil klinis perilakunya berubah secara signifikan
|
Intervensi yang efektif meningkat
adalah intervensi yang mampu menhasilkan perubahan besar dan berarti pada
komunikasi anak
|
Operant Class
|
Examples
|
Mand (meminta)
|
Meminta benda (misal: makanan,
minuman, mainan)
|
Meminta benda yang hilang dalam suatu
kegiatan (misal: sendok untuk makan)
|
|
Meminta lebih dari satu objek
|
|
Meminta lebih dari satu kegiatan
|
|
Meminta kegiatan (misal: televisi,
musik, menjahit)
|
|
Meminta perhatian dari orang dewasa
|
|
Minta tolong dan asistensi tugas yang
sulit
|
|
Meminta informasi (contoh: ini dimana?)
|
|
Meminta istirahat dari tugas
|
|
Mand (menolak/protes)
|
Menolak benda yang tidak diinginkan
|
Menolak tawaran untuk partisipasi
dalam kegiatan
|
|
Menolak hal yang salah
|
|
Menolak tawaran barang yang salah
|
|
Menolak penghentian sebuah kegiatam
|
|
Tact (nama/komentar)
|
Penamaan objek dan aksi
|
Penamaan sifat benda (merah,biru,
besr, kecil)
|
|
Pelabelan lokasi benda (di atas, di
bawah)
|
|
Deskripsi benda atau kegiatan
sebelumnya
|
|
Echoic (imitasi)
|
Mengikuti kemampuan bicara
|
Mengikuti tanda manual
|
|
Membalas salam (Hi-Halo)
|
|
Intraverbal (jawaban, klasifikasi,
percakapan)
|
Menjaga percakapan (film apa yang kamu
tonton pada hari minggu)
|
Nama benda dalam kategori (warna apa
saja?)
|
|
Menjawab pertanyaan (siapa namamu?)
|
|
Menjaga percakapan (hari ini baik – ya
baik untuk jalan-jalan)
|
7.
Kemampuan sosial dan autism: memahami dan
menangani kekurangan
a.
Penyebab defisit: Theory of Mind
Kemampuan untuk mengambil perspektif dari orang lain untuk memahami dan
memprediksi perilaku. Theory of Mind dimulai dari tahun pertama dalam hidup,
menatap, memperhatikan, memahami benda hidup dan benda mati, menyadari hal-hal
yang disengaja
b.
Fisiologi defisit sosial
Beberapa bagian otak yang berperan pada perilaku sosial adalah medial
prefrontal cortex (mPFC), inferior frontal gyrus, superior temporal sulcus
(STS), amygdala dan anterior insula. Sebagai tambahan para peneliti mengatakan
bahwa gangguan sosial juga terkait dengan
vagal nerve dysfunction. Studi menunjukkan kerusakan pada bagian ini
menyebabkan gangguan pada perilaku sosial pada manusia maupun mamalia lain.
c.
Komponen dasar dari kemampuan sosial
Defisit kemampuan sosial termasuk didalamanya inisiasi, respon,
komprehensi.
d.
Video modeling
e.
Social stories
·
Deskriptif: kalimat yang menjelaskan informasi
faktual
·
Perspektif: Kalimat yang memberikan wawasan
berdasarkan pemikiran, perasaan dan perilaku dari orang lain
·
Afirmatif: kalimat yang digunakan untuk
meyakinkan pembelajar
·
Pengarahan: kalimat yang menceritakan perilaku
apa yang diharapkan
·
Kooperatif: kalimat yang menceritakan siapa yang
bisa membantu siswa pada situasi yang berbeda
·
Konsekuensi: kalimat yang menceritakan apa yang
terjadi sebagai hasil dari aksi
f.
Rule cards
g.
Mengambil perspektif
h.
Problem solving
i.
Joint Attention
j.
Membangun jembatan sosial kepada anak-anak lain
k.
Teman sebaya sebagai agen perubahan
8.
Ritual dan stereotip
a.
Mengembangkan intervensi untuk stereotip dan
perilaku repetitif lain
·
Eliminasi atau melemahkan konsekuensi sensori stereotip
-
Melapisi karpet pada meja untuk meredam suara berputar
-
menutup
mata atau mematikan lampu untuk mengurangi stimulasi visual
-
Memakaikan sarung tangan atau topi untuk
anak-anak yang suka memukul
Kepala
·
Mengembangkan kemampuan repertoar alternatife
-
Memberikan beban pada tangan agar anak tidak
pica (memakan benda)
·
Penguatan untuk tidak terjadinya stereotip (reinforcement
for the non occurrence of stereotypy)
-
Memberikan ombalan ketika anak tidak melakukan
stereotype, awalnya jika tidak melakukan 2 menit, kemudian sampai jika tidak
melakukan selama 30 menit baru diberikan imbalan berupa makanan, uang, dll
9.
Menciderai diri sendiri
a.
Behavioral Assesment
·
Indirect Assesment
Informan menanyakan deskripsi perilaku dan informasi tentang lingkungan
sekitar
·
Descriptive Analiysis
Observasi perilaku menggunakan tabel ABC
·
Functional Analyses
Memanipulasi variabel untuk menentukan penyebab dan dampak dari suatu variabel.
b.
Behavioral Treatment
·
Extintion
Implementasi exteinction pada seseorang yang sering memukul kepala adalah
dengan menaruh pada kepalanya
·
Differential Reinforcement of Other Behavior
·
Differential Reinforcement of Alternative
Behavior
·
Noncontingent Reinforcement
·
Skill Acquistion of replacement behavior
·
Punishment
10.
Menciderai orang lain dan tidak patuh
a.
Agresi
Anak sering kali memukul, menarik dan mendorong therapist. Untuk
menjabarkannya praktisi bisa mendokumentasikan frekuensi agresi pada perekam,
jumlahkan total respon selama masa belajar.
b.
Tidak patuh
Ketidak patuhan harus direkam bila tidak ada respon setelah 5 kali
diinstruksikan. Secara umum instruksi ke respon bergantung pada kompleksitas instruksi
dan harapan perilaku dari anak.
c.
Functional Behavioral Assesment and Functional
Analysis
d.
Social positive Reinforcement
Seorang anak yang terbiasa memukul guru untuk mengambil mainan diajarkan
untuk mengatakan “Boleh pinjam mainannya?” atau “Bu, saya mau pinjam mainannya”
Kemudian untuk anak yang tidak patuh diajarkan dengan guru mengatakan “lihat
ini” kemudian guru menunjukkan cara melakukan sesuatu.
e.
Social negative reinforcement
Seorang anak yang sering memukul ibunya bahkan adiknya yang masih bayi,
maka ketika anak sudah mulai agresi ibu dan adiknya langsung pergi menjauhi
anak tersebut meninggalkan ruangan. Kepada anak yang tidak taat instruksi maka
tidak memberi instruksi namun bertanya “dimana ya tulisannya?” “mau lihat dong
gambarnya”
f.
Automatic reinforcement
Seorang anak yang seringkali membenturkan dagu ke orang lain hendaknya
diarahkan pada kegiatan lain yang melibatkan atau menstimulasi dagu, semisal
senam mengangkat dan menundukkan dagu dan lain sebaginya.
g.
Skill building, pendekatan logis yang sesuai
dengan keadaan adalah mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menginisiasi dan menjaga interaksi sosial. Lima kategori dari keterampilan
sosial yang dipelajari penelitian intervensi dengan anak-anak ASD :
bercakap-cakap, kerja sama, respon non verbal, perilaku penting dan bermain. Salah
satu contohnya adalah dengan modeling, instruksi, demonstrasi perilaku dan penguatan
dalam konteks sosial.
11.
Mudah menyesuaikan diri dan kemampuan menolong
diri sendiri
a.
Assesment of Adaptive Skills
·
Vineland Adaptive Behavior Scales
·
Vineland Adaptive Behavior Scales II
·
The American Association of Mental Retardation’s
Adaptive Behavior Scale-Residental and Community, Second Edition
·
Scales of Independent Behavior Revised
·
Naturalistic Observation
·
Selection of skills to Train
b.
Metode untuk melatih Adaptive skills
·
Manipulasi Lingkungan (Environmental
Manipulations)
Lingkungan yang dimaksud misalnya adalah lingkungan yang sesuai dengan
gaya belajar. Peneliti menunjukkan seseorang dengan ASD mungkin tidak efektif
menggunakan pengamatan, imitasi dan instruksi verbal. Bagimanapun banyak juga
ASD yang bagus dalam menghafal dan belajar lebih baik ketika informasi
dipresentasikan secara visual. Dua tipe adaptasi lingkungan yaitu visual dan
dukungan fisik yang secara khusus bisa digunakan untuk mengajarkan keterampilan
adaptif.
·
Visual support
Dukungan visual termasuk didalamnya gambar atau kata yang ada di
lingkungan belajar. Misal ketika mengajarkan kemampuan membantu diri sendiri,
maka hendaknya menyediakan property/ gambar terkait berpakaian, mencuci,
menyiapkan tempat tidur, menata meja dan menyiapkan makan siang. Pelatihan
dimulai dengan membedakan gambar untuk setiap tugas agar anak mengetahui mana
yang merapihkan tempat tidur mana yang menata meja dll.Proses tersebut terus
berlanjut sampai anak benar-benar mengetahui setiap langkah dari tugas-tugas
tersebut.
·
Adaptasi lingkungan fisik
Sebuah contoh dukungan fisik, bisa ditemukan dalam analisis tugas untuk
menggunakan Vacuum Cleaner. Pada tahap awal penting bagi anak untuk mencoba
membersihkan bagian kecil dari karpet terlebih dahulu. Untuk melakukan itu,
guru bisa merekatkan isolasi berwarna yang membatasi area mana yang harus
divacuum dan area mana yang tidak perlu divacuum. Selanjutnya wilayah vacuum
bisa terus diperluas disertai dengan memperluas area isolasi/pembatas berwarna.
·
Least to Most Prompting (Tahapan dalam
mengarahkan)
(i) Fisik penuh
Orang dewasa memberikan
bantuan fisik secara penuh untuk mengarahkan anak menyelesaikan tugasnya
(ii) Bimbingan tangan
Orang dewasa secara fisik
mengarahkan dengan memegang tangan saja
(iii) Bagian fisik
Orang dewasa mengarahkan
dengan menunjuk tangan, siku atau lengan agar mampu mengerjakan tugas
(iv) Model
Orang dewasa mencontohkan apa
yang harus dilakukan anak
(v) Verbal
Orang dewasa memberikan
informasi verbal bagaimana mengerjakan tugas yang benar
(vi) Gestur
Orang dewasa menunjukan apa
yang harus dikerjakan, sama sekali tan menggunakan kontak fisik, misal menunjuk
pada meja yang berantakan atau lantai yang kotor
(vii) Independent
Setelah diberikan instruksi, anak
bisa melakukan tugas secara mandiri
diterjemahkan, dirangkum dengan penambahan dan pengurangan dari sumber:
Matson, Johnny L. 2009. Applied Behavior
Analysis for Children with Autism
Spectrum Disorders. New York : Springer
0 komentar:
Posting Komentar