Sabtu, 28 April 2018

Pameran Fotografi : Ngudoroso


  Tugas-tugas kuliah dan program kerja organisasi sedang ngebut-ngebutnya kejar setoran sebelum bulan Ramadhan. Mau coba refreshing jalan-jalan ke tempat yang agak jauh, uang, tenaga dan waktu yang ada tidak mencukupi. Beruntung ada Mas Pace, teman KKN yang sedang sibuk sebagai panitia pameran fotografi di Kampus. Jadilah saya mampir ke sana untuk menghilangkan kepenatan dan menyegarkan pikiran.

            Pameran yang diadakan oleh jurusan Jurnalistik-FIDKOM ini berjudul Ngudoroso yang kurang lebih maknanya adalah berbagi rasa. Seperti yang tertulis dalam prakata pameran, selain untuk memenuhi format penilaian mata kuliah fotografi, pameran ini juga mengekspresikan nilai-nilai yang diyakini dan diperjuangkan mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat. Tidak heran, tema-tema foto yang ditampilkan cukup beragam dan menggugah rasa.

            Ditemani oleh Mas guide yang juga teman Mas Pace, saya menelusuri sekat per sekat foto disana. Foto-foto yang ditampilkan telah melalui proses pemilihan yang cermat dari pihak panitia. Alhasil terpilihlah 39 fotografer yang karyanya diapresiasi dalam pameran ini. Dengan caption yang tercantum di sisi-sisi foto ditambah penjelasan dan diskusi ringan dari Mas guide, saya yang awam dengan dunia fotografi jadi lebih memahami makna yang hendak disampaikan oleh sang fotografer.



Cina Benteng – Hardi Yuantoro
Tempat tinggal keturunan Tionghoa yang akan dialihkan untuk pembuatan jalan tol


Tua yang Bekerja – Umi Lailatul
Orang-orang yang usianya sudah melewati batas usia angkatan kerja namun tetap gigih mencari nafkah



Kudapan Lawas – Arya
Kudapan tradisional yang dijajakan oleh pedagang kaki lima namun di tata dengan kemasan yang lebih modern



Taman Sebagai Revitalisasi Ruang Publik – Atikah
Kebutuhan warga akan taman sebagai ruang untuk berekreasi



Sisa-sisa Kerajaan Banten yang Tak Terawat – Eka Nurbaeti
Peninggalan sejarah yang penuh dengan coretan tidak bertanggung jawab, sampah dan ilalang liar yang meninggi.


Pelanggar Lalu Lintas – Rita
Menyoroti para pelanggar undang-undang perlalu-lintasan di Ibu Kota




Terbang dengan Paramotor – Salicha
Sebuah alat yang mampu mewujudkan mimpi manusia untuk terbang, messkipun bisa dibeli secara bebas, namun hendaknya tetap disertai dengan lisensi agar tidak menganggu lalu lintas pesawat


Slaughter ta cullinary – Farihatun
Rumah potong hewan yang biasa menjagal babi dan mengolahnya menjadi siomay.


Wayang Uwuh – Faizah
Wayang yang dibuat dari barang-barang bekas



Sekat-sekat pameran


Para Fotografer



Berpose di Pameran Fotografi tapi terkesan seperti berfoto di sebuah rumah makan atau pameran kuliner 

0 komentar:

Posting Komentar