Jumat, 29 September 2017

Ketika Kesempurnaan Hanyalah Imajinasi


Kalo diinget-inget dari karya-karya atau hasil kerjaan gua, rasanya sih gua bukan orang yang perfeksionis. Kebanyakan hasil kerjaan gua itu yang penting cepet, yang penting nggak melanggar aturan dan yang penting selesai. Gua bukan tipe orang yang berambisi untuk menghasilkan sesuatu yang memukau, kalaupun ada, ya kebetulan aja begitu. Kadang gua juga butuh sekaligus berantem sama orang-orang yang detail dan bawel buat ngurusin hal-hal yang menurut gua sepele, tapi ternyata penting.
Berbeda dengan hal-hal itu, ada satu hal yang bikin gua merasakan gejala-gejala perfeksionis yaitu, Blog. Entah kenapa gua mau tulisan-tulisan gua dipost  tanpa cela. Banyak rasa takut dicela yang muncul entah itu dari tata bahasa maupun kontennya yang menggambarkan pemikiran gua. Gua takut tulisan gua dicela.  
Dari rasa takut itu akhirnya gua selalu ragu untuk ngepost tulisan diblog. Ada beberapa ide yang sesaat gua rasa itu menarik dan bermanfaat untuk gua share, tapi kemudian gua takut dicela dan akhirnya ngga jadi dipost. Gua terus-terusan ngelakuin itu, secara ngga sadar nunda postingan gua di blog demi tulisan yang sempurna. Disaat orang-orang berlomba untuk ngeshare postingan bermanfaat dengan apa adanya, targetan gua untuk minimalnya satu post perbulan nyaris ngga tercapai.
            Sejauh ini ngga kerasa, udah tiga paragraf yang gua ketik. Gua merasa beruntung bisa nemuin quotes “Perfectionism is only your imagination”. Sederhananya,  kalo lo nyari temen yang sempurna, ya lo ngga bakal punya temen.Karena temen yang sempurna itu cuma ada di imajinasi lo aja. Quote itu gua dapet waktu lagi nyari pencerahan di Pinterest dengan keyword procastination.   Lo bisa searching lebih jauh lagi keterkaitan antara perfectionism dan procastination atau memaknai kalimat itu dengan versi lo sendiri.
            Gua memaknai quote itu bukan sebagai motivasi  untuk ngelakuin suatu hal dengan asal-asalan sih, tapi lebih ke bagaimana gua dengan ikhlas mengendalikan rasa takut dicela yang berlebihan, nggak menunda-nunda apalagi menghindari perbuatan baik dan mencapai target yang gua punya.

*tambahan, adakalanya ketika kesempurnaan adalah hal yang nyata dan adakalanya ketika kesempurnaan hanyalah imanjinasi. 

0 komentar:

Posting Komentar